Kesaksian Seorang Kristiani yang hadir di Reuni 212: Ini Panggilan Hati, Bukan Nasi Bungkus



Sekitar jam 7 pagi, saya mulai berjalan kaki dari depan Hotel Pan Sari Pasifik, mencari Wisma Antara posko titik kumpul terdekat menuju Monas.

Ternyata depan BI dan sekitar Patung kuda full manusia mengikuti Reuni Kebersamaan Umat Muslim 212.

Masih dijalannya belum didalam area Monas.

"Silahkan pak.. silahkan bu ini roti dan minumnya.. silahkan, mari diambil nikmati rezeki ini.."

Dikanan kiri tua muda, laki perempuan menawarkan kepada orang yg lalu lalang berdesak mencari tempat..

Sambil lewat saya terima satu plastik bening, dengan hati agar tidak menghalangi berkah orang yg sudah menyiapkan semua dari kantong mereka yang tidak bisa dibilang sedikit.. tak tanggung2 sepanjang jalan bermacam2 nasi bakar, roti, kue kue dan jeruk, kurma, anggur... inilah yg rasanya berbagi kesuka citaan dalam memberi karna hati2 mereka yg perhitungan yg memberi itu kepada Allah. (amal ibadah).

Sy membayangkan teringat dalam tradisi kristen di Manado - Sulawesi Utara dengan ucapan syukur yg dimana sepanjang rumah di kampung nenek saya semua menyiapkan makanan yg tumpah ruah bersuka cita karna telah diberkati Tuhan. Betapa indahnya diberkati untuk memberkati..

Melihat situasi yg ada dalam berbagi.. inikah datang reuni karna ada dapat uang bayaran 100 ribu atau 500 ribu ?!? atau bisakah 2 kejadian tersebut diatas dapat dibilang mengharapkan nasi bungkus ???

Menuding tanpa perhitungan.. bila kita ambil kalkulasi yg ada, contoh : melihat perjalanan pulang pergi rombongan dari sumatera (padang, medan, lampung dll), Sulawesi (makasar, palu dll), Kalimantan yg mana datang naik pesawat terbang, apakah itu "hanya" mengejar sebuah nasi bungkus dan air minum..?

Yang dari bali, jawa timur, madura, jawa tengah, jawa barat yang naik mobil, naik bus bahkan ada yang dari Bogor bersama sama naik sepeda ontel, dari Banyumas jalan kaki.. (salut untuk hal ini).. Berapa uang bensin, tiket bus, makan dijalan yang dikeluarkan untuk ini serta tenaga yang berlelah-lelah hanya untuk nasi bungkus..? Atau hanya untuk uang bayaran ??

ITU TIDAK SEBANDING DENGAN PENGELUARAN DAN PENGORBANAN YANG ADA.

*ayolah ini kenyataan.

Oooh kawan, itu tidak masuk akal, sesadar sadarnya manusia itu mustahil, tapi bila itu karna gerakan hati dari kebersamaan "spiritual" mereka yg menggerakan mereka untuk berkumpul silaturahmi sesuai agama dalam reuni aksi kali ini.. itu bisa jadi benar.

Marilah kita meletakkan dengan porsi pemikiran dan hati yang benar.. jangan dengan hati yang kotor dan keluar dengan mulut penuh dusta untuk menuding yang tidak pada tempatnya.

Kenapa saya ungkapkan begitu..?

Karna saya ikut hadir dan ikut terima apa yang sudah mereka bagikan dan masuk ke perut saya.

Nasi dan roti yg mereka beri ke saya yang berbeda agama, tidak serta merta mengikat saya.. tapi saya dapat rasakan kalau rasa yang ada di mereka itu adalah rasa rindu bersilaturahmi secara keseluruhan kesemua orang yang di dalamnya berbagi kasih rasa diberkati untuk memberkati.. inilah kesamaan yang tidak pantas di nyinyir kan terus menerus.. itu tindakan yang tidak patut dan tidak terpuji.

Adakah nikmat Allah yg dapat kamu dustai ..? (Petik kata rasa syukur umat muslim).

*tak lelah mencintai Indonesia.

Oleh Irawati Soemadi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kesaksian Seorang Kristiani yang hadir di Reuni 212: Ini Panggilan Hati, Bukan Nasi Bungkus"

Posting Komentar